Rabu, 01 Januari 2014



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Reaksi barat yang berlebihan kepada keunggulan system ekonomi kapitalis setelah runtuh nya ekonomi sosialis tahun 1980-an mendorong makin kuat nya kecenderungan yang sebenarnya telah mulai muncul kepermukaan sejak satu dasawarsa sebelumnya, yakni, pemikiran tentang system ekonomi islam sebagai alternativ diluar ekonomi kapitalis (chapra, 2001:2) sebagai akibatnya intitusi intitusi ekonomi islam yang mulai muncul sejak dibentuk nya Islamic development bank diJedah tahun 1975 makin menyebar, tidak saja dikawasan tersebut (basri, 2000)
Pertanyaan umum berkenaan dengan kecenderungan tersebut adalah napaklah system ekonomi islam benar benar diperlukan, mengingat system ekonomi konvensional telah tersisa dalam bentuknya yang demikian berkembang? Pertanyan ini sangat relevan mengingat subjek yang menjadi bahasan kedua system itu hampir sama, yaitu alokasi dan daistribusi sumber daya yang tersedia untuk pemenuhan tuntutan kebutuhan.
Pengaturan yang diterapkan berdasarkan system ekonomi konvensional dari waktu kewaktu menimbulkan persoalan yang datang silih berganti tanpa adanya pemecahan secara tuntas. Diantara permasalahan yang menonjol akhir akhir ini adalah laju inflasi. Dalam dua abad sejak awal abad ke-18 sampai akhir pertengahan pertama abad ke 20 laju kenaikan harga hanya 33%. Dalam kurun waktu sesudah nya sampai  akhir tahun 1980-an harga harga telah naik lebih dari 6 kali lipat. Kenaikan pesat ini awal nya memang mendorong peningkatan output dan terbukanya lapangan pekerjaan, yang menurut Keynes tidak dapat diatasi dengan aggregate demand management.
Masalah lain adalah beban cicilan utang yang terus melambung akibat dari pembiayaan devisit anggaran yang begitu besar yang diperoleh dari pinjaman. Hal ini diperburuk lagi oleh tingginya suku bunga secara relative dan tidak stabil nilai tukar. Disini tidak akan dibicarakan perbedaan system ekonomi islam dan keunggulan keunggulanya dibandingkan dengan system ekonomi yang lain, tetapi akan mencoba menjelaskan latar belakang filosofi mengapa system ekonomi islam berbeda dengan system ekonomi konvensinal.



B.  Rumusan Masalah
a)      Bagaimana Pandangan Islam Tentang kehidupan Dunia?
b)      Bagaimana Pencerahan Dan Pandangan Transdental?
c)      Bagaimana Dimensi Transdntal Ekonomi Islam?
d)     Bagaimana Nilai Transdental Sebagai System Filter?


C.  Tujuan Penulisan
1.      Pembaca dapat mengetahui apa Yang Dimaksud Landasan Ekonomi Dalam Islam
2.      Pembaca dapat memahami bagaimana Pencerahan Dan Pandangan Transdental
3.      Pembaca bisa memahami Dimensi Transdntal Ekonomi Islam
4.      Pembaca dapat memahami Nilai Transdental Sebagai System Filter


























BAB II
PEMBAHASAN


1.    Pandangan Islam Tentang kehidupan Dunia
Tujuan dari sebuah system ekonomi pada prinsip nya ditentukan oleh pandangan masyarakat pendukungnya tentang dunia. Jika manusia berpandangan bahwa alam semesta in terjadi dengan sendirinya, maka mereka tidak akan bertanggung jawab atansya kepada siapapun dan mereka akan bebas hidup sesukanya tujuan hidup merka hanya untuk mencari kepuasan maksimum, dengan mengabaikan bagaimana hal itu diperoleh dan bagaimana hal itu bepengaruh terhadap orang lain dan alam sekitar.
Bisa dimengerti apabila tujuan dan setrategi dari sebuah system ekonomi pada hakikat nya adalah hasil logis dari pandangan masyarakat terhadap dunia. pada pandangan hidup islam didasarkan pada tiga prinsip fundamental yaitu, tauhid(keesaan Allah ), khalifah dan keadilan. Tauhid adalah konsep yang paling penting dari ketiganya, sebab  konsep dua yang lain nya merupakan turunan logika dari yang pertama (chapra, 2006:6-7) tauhid mengandung implikasi bahwa alam semesta secara sadar diciptakan oleh allah SWT (Q.S Ali Imran [3]: 190
žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ  
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

Q.S Shaad [38]:27;
tûï̍yz#uäur tûüÏR§s)ãB Îû ÏŠ$xÿô¹F{$# ÇÌÑÈ 
                dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu.


Q.S Almu’minuun[23]:15)
§NèO /ä3¯RÎ) y÷èt/ y7Ï9ºsŒ tbqçFÍhyJs9 ÇÊÎÈ
 Kemudian, sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.


segala sesuatu yang diciptakanya mempunyai tujuan, yakni memberi makna dari arti bagi alam smesta. manusia sebagai salah satu bagian didalmnya yang dibekali dengan kehendak bebas, rasionalitas, kesadaran moral yang dikombinasi dengan kesadaran  yang inheren, dituntut untuk hidup dalam kepatuahan dan ibadah kepada tuhan yang maha kuasa( Q.S Al Baqarah, 21-24)
¨bÎ)ur ö/ä3s9 Îû ÄN»yè÷RF{$# ZouŽö9Ïès9 ( /ä3É)ó¡S $£JÏiB Îû $pkÍXqäÜç/ ö/ä3s9ur $pkŽÏù ßìÏÿ»uZtB ×ouŽÏVx. $pk÷]ÏBur tbqè=ä.ù's? ÇËÊÈ   $pköŽn=tãur n?tãur Å7ù=àÿø9$# tbqè=yJøtéB ÇËËÈ   ôs)s9ur $oYù=yör& %·nqçR 4n<Î) ¾ÏmÏBöqs% tA$s)sù ÉQöqs)»tƒ (#rßç7ôã$# ©!$# $tB /ä3s9 ô`ÏiB >m»s9Î) ÿ¼çnçŽöxî ( Ÿxsùr& tbqà)­Gs? ÇËÌÈ   tA$s)sù (#àsn=yJø9$# tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. `ÏB ¾ÏmÏBöqs% $tB !#x»yd žwÎ) ׎|³o0 ö/ä3è=÷WÏiB ߃̍ムbr& Ÿ@žÒxÿtGtƒ öNà6øn=tæ öqs9ur uä!$x© ª!$# tAtRV{ Zps3ͳ¯»n=tB $¨B $uZ÷èÏJy #x»pkÍ5 þÎû $uZͬ!$t/#uä tû,Î!¨rF{$# ÇËÍÈ  
21. dan Sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan,
22. dan di atas punggung binatang-binatang ternak itu dan (juga) di atas perahu-perahu kamu diangkut.
23. dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?"
24. Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab: "Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih Tinggi dari kamu. dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. belum pernah Kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang Kami yang dahulu.
Manusia adalah khalifah Allah dimuka bumi dan kekhalifahan manusia ini untuk kurun waktu tertentu yang telah ditetapkan  segala sumber yang ada ditanagnnya adalah salah satu amanah. Allah SWT lah yang mempunyai pengetahuan sempurna tentang makhluk ciptaan nya, kekuatan dan kelemahannya dan hanya Dia-lah yang mampumemberi petunjuk, yang terdiri atas keimanan nilai hukum melalui mata rantai utusan utusan Nya
Dalam pertanggung jawaban kekhalifahan manusia setidaknya ada empat landasan sebagai rujukanya pertama kehidupan manusia ada akhirnya, kedua pembalasan secara sempurna atas perbuatan manusia akan terjadi pada salah satu hari akhir, ketiga bagi yang meperoleh surga dan jauh dari neraka  merupakan keuntungan dan kemenangan yang besar. Keempat kehidupan didunia merupakan kesenangan yang menyesatkan. Setiap orang akan mempertanggngjawabkan perbuatan nya dan mendapat balasan sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukanya
Dari prespektif islam manusia mentaati ketentuan allah adalah mereka yang memiliki kehidupan akhirat dan mereka yang menolak nya adalah mereka yang memilih kehidupan dunia.           Pemilihan terhadap kehidupan akhirat berarti tidak memutuskan dan meninggalkan urusan dunia, dan menggunakan waktunya hanya untuk beribadah. Hanya saja dalam melaksanakan nya mereka akan menempatkan seluruh aktivitas keduniaan tersebut dalam konteks tujuan akhiat  dan dalam hal ini niat merupakan kunci utamanya. Bekerja keras, belajar, berniaga dan aktivitas sehari hari lain nya pada istirahat seseorang merupakan suatu ibadah dan apabila hal itu diniatkan sebagi ibadah dan dikerjakan sebaimana digariskan dalam tuntunan ajaran islam
Bagi mereka yang berbuat baik dalam kehidupan dunia maka mereka akan memetik kebaikan pula diakhirat. Islam sangat menegaskan manusia berbuat kebaikan sebanyak banyak nya untuk bekal kehidupan diakhirat kelak. Rasululloh SAW sendiri menegaskan bahwa dunia merupakan ladang tempat bertanam untuk kehidupan kelak diakhirat. Dalam pandangan kehidupan seperti ini tidak ada pemisahan antara kehidupan dunia dan akhirat. kehidupan dunia hanyalah sebagian kecil dari proses tahapan kehidupan penciptaaan manusia
Pemilihan kehidupan dunia akan membawa manusia cendrung pada paham yang menjadikan dunia sebagai tujuan akhir sebagaimana paham materialisme dan hedoisme, yang berprinsip sesungguhnya kehidupan ini tidak lebih dari proses yang dimulai dari rahim yang melahirkan dan diakhiri oleh kematian. Tidak ada tuhan, dan kehidupan tidak lebih dari pada materi.
Pandangan yang meninggalkan nilai nilai moral keagamaan tresebut dipengaruhi dan dibentuk oleh gerakan pencerahan ( renaiscanse) yang berlangsung permulaan abad 17 sampai permulaan abad 19. Abad pencerahan dalam bukunya bentuk yang ekstrim adalah salah satu penolakan, dan banyak hal, suatu antithesis terhadap kepercayaan Kristen, akibat despotise dalam gereja. Tokoh tokoh pencerahan seperti J.Locke, Barkeley, Hume, Kant, sangat berperan dalam meninggalkan keraguraguan terhadap tuhan, nilai-nilai keagamaan,  kehidupan setelah mati, dan ajaran agam agama lainya.



2.    Pencerahan Dan Pandangan Transcendental
Kehidupan dunia yang berpusat pada gereja akibat gempuran paham pencerahan mulai luntur  tidak sebagaimana masa masa sebelum nya, gereja tidak lagi menjadi pusat kehidupan masyarakat, suber hukum, aturan yang mengingat masyarakat, mengatur masyarakat dalam kehidupan mereka sehari hari baik dibidang, social, politik dan ekonomi. Pendukung gerakan pencerahan melihat masa masa kekuasan gereja sebagai zaman kegelapan (dark ages) dan harus ditinggalkan.
Akibat gempuran yang hebat terhadap sendi sendi ajaran kristiani. dan makin berpengaruhnya paham pencerahan mendorong  rekontruksi baru di kalangan gereja, yaitu pandangan hidup yang memisahkan anatara kehidupan dunia dan akhirat. Pandangan Newtoni yang melihat kehidupan dunia dan alam semesta ini berjalan secara otomatis.
Konsep mekanik tentang alam semesta ini akhirnya membentuk pula penjelasan secara mekanik tentang penciptaan nya. Manusia sebagaimana hal nya jagad raya fisik disekitarnya mulai dilihat sebagi produk kebetulan dari sebuah alam buta dan berujuan, yangterjadi melalui variasi kebetulan dalam bentuk revolusi yang direkayasa yang dipompa oleh dirinya sendiri.
Jika tuhan tidak ada dan diragukan keberadaan nya dan dianggap tidak bearti sama sekali bagi kehidupan  manusia, maka tidak ada persoalan tentang kehidupan dan kematian atau tidak ada pertanggung jawaban terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam situasi dan lingkup seperti inilah system ekonomi konvensional lahir sebagai hasil kemenangan dari paham pencerahan terhadap pemikiran pemikiran yang berpusat pada ajakan gereja. Tahap tahap awal ekonomi konvensional masih serat dengan pesan moral dan spiritual. Adam smith sendiri sebagai penggagas rumus ekonomi konvensional menyatakan bahwa ilmu ekonomi itu sendiri sebagai ilmu sains . dalam bukunya the Wealth of Nation ternyata didasarkan  pada pandangan filosofi yang ditulis dalam bukunya yangberjudul the Theory of Moral sentiment. Namun muatan moral telah ditinggalkan oleh generasi penerusnya, baik dalam paham neoklasik maupun paham Keynesian . kritik yang di lancarkan oleh Paul Ormerot (1998)  yang menyatakan ilmu ekonomi telah mati merupakan bukti kegelisahan terhadap paham ekonomi yang kosong akan dimensi transcendental tersebut.
Isalam menentang keras terhadap pandangan hidup keduniawian yang demikian. mereka inilah menurut islam termasuk golongan yang terpercaya dan tersesat terhadap kesenangan dunia dan kelak diakhirat akan mengalami siksaan yang pedih. Pandangan hidup yang menempatkan kehidupan dunia sebagai suatu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan dengan kehidupan akhirat, serta prinsip kekhalifahan yang harus dipertangung jawabkan pada sang pencipta. Mendorong manusia untuk menjalani kehidupan dunia pada aturan aturan yang digariskan oleh sang pencipta itu sendiri termasuk didalam nya kehidupan ekonomi.


3.    Dimensi Transcendental Ekonomi Islam
Pandangan ekonomi yang meletakan akhirat sebagai tujuan akhir dari kehidupan menciptakan kerangka pikir khusus tentang harta dan kekayaan. Dan system ekonomi secara keseluruhan. Ekonomi dalam pandangan seperti ini bukanlah tujuan akhir kehidupan, ekonomi tidak lebih hanyalah suatu pelengkap kehidupan, sarana untuk mencapai  tujuan akhir  dari kehidupan sebagai penunjang dan pelayanan bagi akidah dan misi yang di emban manusia.
Ekonomi merupakan bagian dari kehidupan dan tidak bisa  dipisahkan dari kehidupan. Tetapi ekonomi bukanlah fondasi bangunanya dan bukan tujuan risalah islam. Fondasi ( asas) dalam islam adalah akidah, tauhid, yakni percaya kepada tuhan yang maha tinggi, yang menciptakan dan  menyempurnakan ciptaan nya dan yang menentukan kadar diri masig masing serta yang member petujuk. Akidah ini merupakan dasar keseluruhan tatanan kehidupan dalam islam, termasuk tatanan ekonomi.
Ekonomi islam adalah ekonomi yang berlandaskan akidah ketuhanan yang maha esa (tauhid). Tujuan ekonomi membantu manusia untuk menyembah Tuhan nya yang telah memberinya rizki dan untuk menyelamatkan manusia dari kemiskinan yang bisa mengafirkan dan kelaparan yang bisa mendatangkan dosa. Rumusan ekonomi islam berbeda dari yang lain, dimana ekonomi islam memiliki akar dalam syariah yang menjadi sumber pandangan dunia, sekaligus tujuan dan strateginya.
Tujuan ekonomi islam bukanlah semata mata pada materi sendiri tetapi mencangkup berbagai aaspek, seperti kesejahteraan. Dengan demikian dalam ekonomi islam terjadi penyuntingan dimensi islam pada setiap keputuasan manusia, tanpa mempertimbangkan apakah keputusan keputusan itu berkaitan dengan urusan rumag tangga, badan usaha, pasar dan sebagainya , untuk mengurangi ketidak seimbangan perekonomian secara makro maupum mikro. Oleh karena itu islam tidak di pengaruhi oleh kapitalisme yang memberikan nilai tinggi pada kebeasan tak terbatas untu memaksimalkan kekayaan dan memuaskan keinginan. Ekonomi islam juga tidak sejalan denga paham ekonomi sosialis yang menganggap kepemilikan p[ribadi dan upah sebai sumber kesejahteraan.
Salah satu prinsip syariah menganjurkan dalammengembangkan ekonomi tidk boleh menimpakan atau bahaya bagi orang lain(). Memaksimalkan output semata mata sebagaimana prinsip kapitalisme tidak dapat menjadi tujuan sebuah masyarakat muslim. Memaksimalkan output harus dibarengi usaha usaha yang ditunjukan pada kesehatan rohani yang terletak pada pada batin manusia, keadilan, serta permainan fair pada semua peringkat interaksi manusia. Hanya system ekonomi yang menjamin semuanya yang akan selaras dengan tujuan syariah.
Secara uum setidak tidaknya ada empat landasan pokok ekonomi islam yakni, tauhid, khalifah, keadilan, tazzkiyyah atau prinsip yang menyeimbangkan antara aspek matrial dan spiritual. Prinsip tauhid mengandung dua pengertian yakni tauhid ululiyyah dan tauhid rububiyyah. Tauhid ululiyyah adalah keyakinan terhadap keesaan allah dan kesadaran bahwa seluru yang ada di alam adalah milik Allah, dan menegaskan bahwa Allah adalah tuhan pencipta, pengatur, dan pemilikk jagat raya dengan segala yang ada didalam nya. Tauhid rububiyyah adalah suatu keyakinan bahwa Allah SWT saja yang menentukan rezeki untuk segenap makhluk nya dan hanya Dia-lah yang membimbing setiap makhluk yang percaya kepanya kepada  keberhasilan.
Berdasarkan tauid  inilah suatu pendirian ditegakkan bahwa rezeki (ekonomi) dan cara memperolehnya dan kadarnya untk setiap orang telah ditentukan oleh Allah SWT.  Jadi prinsip tauhid adalah meniadakan skularisme seperti yang menjadi dasar ideologi ekonomi kapitalisme.  Dalam bentuk yang aling ekstrem sebagaimana paham sosialis, komunisme, skularisme, menolak sama sekali eksistensi Tuhan
Prinsip khalifah menegaskan bahwa kedudukan manusia didunia adalah sebagai wakil Tuan di bumi, dengan tujuan hidup hanya untuk beribadah kepadanNy, dan memakmurkan dunia sesuai apa yang telah di gariskannya.  Dalam rangka merealisasikan tujuan ekonomi nya , manusia tidak di perbolehkan mengabaikan nilai nilai yang telah ditetapkan oleh nya.
Prinsip keadilan adalah semua usaha dalam pembangunan ekonomi harus mengacu pada alokasi dan distribusi kekayaan dan pendapatan yang adil dan merata. Sekalipun islam telah menoleransi kesenjangan ekonomi dan kekayaan individu  tetapi islam memberikan memberika retribusi lewat zakat, shadakoh, dan amal jariyyah untuk membantu menjembatani dua kelas sosial yang mempunyai kemampuan ekonomi yang berbeda.
Prinsip tazkiyyah  menegaskan bahwa pembangunan ekonomi tidak boleh mengarah kepada pemenuhan aspek material belaka sehingga mengenyampingkan aspek spiritual agama. Dalam konsep islam manusia merupakan makluk yang sepurna ( insane kamil) yang memiliki tiga komponen penting, dan masing masing, memiliki kebutuan nya sendiri yakni jasad, roh, dan akal. Dalam proses pembangunan ketiga konsepiniharus secara serempak dikembangkan dan disucikan. Pada umumnya pembangunan ekonomi dengan paradigma konvensional terlalu menekankan pertumbumbuhan saja. System ekonomi islam dibangun berdsarkan rujukan hokum-houkum atau dalil-dalil yang yang diambil dari alQuran dan Sunah.


4.    Nilai Transendental Sebagai Sistem Filter
Sesungguhnya Islam menyuruh umatnya untuk memakmurkan bumi, sehingga tercapai kesejahteraan manusia lahir dan batin, dunia akhirat. Upaya memakmurkan ini di lakukan dengan memeanfaatkan semua potensi yang tersedia untuk di olah secara efisien bagi kemaslahatan umat manusia (Q.S. Huud [11]: 61 )
* 4n<Î)ur yŠqßJrO öNèd%s{r& $[sÎ=»|¹ 4 tA$s% ÉQöqs)»tƒ (#rßç6ôã$# ©!$# $tB /ä3s9 ô`ÏiB >m»s9Î) ¼çnçŽöxî ( uqèd Nä.r't±Rr& z`ÏiB ÇÚöF{$# óOä.tyJ÷ètGó$#ur $pkŽÏù çnrãÏÿøótFó$$sù ¢OèO (#þqç/qè? Ïmøs9Î) 4 ¨bÎ) În1u Ò=ƒÌs% Ò=ÅgC ÇÏÊÈ  
61. dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."
. Seberapa jauh umat manusia mampu mewujudkan perintah tersebut di tentukan oleh seberapa jauh mereka mamapu bertindak dan berbuat sesuai dengan kekhalifahan manusia. Dengan demikian nilai-nilai transendental dalam ekonomi islam merupakan filter tindakan ekonomis umat pemeluknya.
       Al-qur’an di berbagai ayatnya menegaskan bahwa kekayaan dan kemakmuran merupakan karunia Allah SWT bagi hambanya yang beriman dan bertakwa sebagai balasan atas amal-amalnya. Sebaliknya kehidupan yang sempit, miskin, dan kelaparan merupakan hukuman Allah SWT bagi mereka yang berpaling dari hukum-hukum kaum nya (Q.S. al-A’raaf [7]:96).
öqs9ur ¨br& Ÿ@÷dr& #tà)ø9$# (#qãZtB#uä (#öqs)¨?$#ur $uZóstGxÿs9 NÍköŽn=tã ;M»x.tt/ z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur `Å3»s9ur (#qç/¤x. Mßg»tRõs{r'sù $yJÎ/ (#qçR$Ÿ2 tbqç7Å¡õ3tƒ ÇÒÏÈ  
96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
       Oleh karenna itu, semua aktivitas ekonomi, seperti produksi, distribusi, konsumsi, perdagangan, tidak lepas dari titik tolak ketuhanan dan bertujuan akhir kepada tuhan. Kalau seorang muslim bekerja di bidang produksi, maka pekerjaan itu di lakukan tidak lain karena ingin memenuhi perintah Allah SWT (Q.S. al-Mulk [67] :15).
uqèd Ï%©!$# Ÿ@yèy_ ãNä3s9 uÚöF{$# Zwqä9sŒ (#qà±øB$$sù Îû $pkÈ:Ï.$uZtB (#qè=ä.ur `ÏB ¾ÏmÏ%øÍh ( Ïmøs9Î)ur âqà±Y9$# ÇÊÎÈ  
15. Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.
 Ketika menanam, membajak, atau melakukan pekerjaan lainnya, seorang muslim merasa bahwa ia bekerja dalam rangka beribadah kepada Allah. Makin tekun ia bekerja, makin takwa ia kepada Allah. Ketika seorang muslim menikmati berbagai kebaikan, tertanam dalam hatinya bahwa semua itu adalah rezeki yang di berikan Allah kepadanya. Maka suatu kewajiban untuk seorang muslim untuk mensyukurinya (Q.S al-Baqarah [2] : 172).
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=à2 `ÏB ÏM»t6ÍhŠsÛ $tB öNä3»oYø%yu (#rãä3ô©$#ur ¬! bÎ) óOçFZà2 çn$­ƒÎ) šcrßç7÷ès? ÇÊÐËÈ  
172. Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.
       Ketika seorang muslim hendak memebeli atau menjual, menyimpan atau meminjam, atau menginvestasikan uangnya, ia selalu bertindak pada batas-batas yang di tetapkan oleh Allah. Ia tidak memakan uang haram, memonopoli milik rakyat,korupsi, moral hazard, dan sebagainya. Seorang musli dengan tegas menjauhi daerah yang di larang oleh Aallah , selain berusaha semaksimal mungkin meninggalkan hal-hal yang subhat. Seorang muslim akan sangat paham segala perintah dan larangan Allah, seperti halalnya jual beri dan haramnya riba (Q.S. al-Baqarah [2] : 275).
šúïÏ%©!$# tbqè=à2ù'tƒ (#4qt/Ìh9$# Ÿw tbqãBqà)tƒ žwÎ) $yJx. ãPqà)tƒ Ï%©!$# çmäܬ6ytFtƒ ß`»sÜø¤±9$# z`ÏB Äb§yJø9$# 4 y7Ï9ºsŒ öNßg¯Rr'Î/ (#þqä9$s% $yJ¯RÎ) ßìøt7ø9$# ã@÷WÏB (#4qt/Ìh9$# 3 ¨@ymr&ur ª!$# yìøt7ø9$# tP§ymur (#4qt/Ìh9$# 4 `yJsù ¼çnuä!%y` ×psàÏãöqtB `ÏiB ¾ÏmÎn/§ 4ygtFR$$sù ¼ã&s#sù $tB y#n=y ÿ¼çnãøBr&ur n<Î) «!$# ( ïÆtBur yŠ$tã y7Í´¯»s9'ré'sù Ü=»ysô¹r& Í$¨Z9$# ( öNèd $pkŽÏù šcrà$Î#»yz ÇËÐÎÈ  
275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu  (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
       Orang muslim memanfaatkan sumberdaya alam yang di kuasai secukupnya, dan juga tidak kikir dan tidak berlebihan.mereka dalam hal ii bersikap di tengah-tengah, karena sikap di engah-tengah ini merupakan kebaikan, dan bahkan di nilai sebagai suatu ketaatan (al-A’raf[7]: 31). Ketika orang muslim memiliki harta dia tidak menikmatinya sendiri. Bahkan keimanan seorang muslim akan rusak apabila ia berlebih-lebihan sementara tetangganya kelaparan (hadis).
       Al-Qur’an memuji orang-orang yang sederhana dalam membelanjakan hartanya. Di tegaskan bahwa “dan orang-orang yang membelanjakan hartanya mereka tidak berlebihan dan tidak kikir, dan adalah pembelanjaan itu di tengah-tengah demikian” (Q.S. al-Furqan [25]: 67).seiring dengan itu islam mengancam para pemboros. Demikianlah sistem nilai dalam islam, merupakan dasar tindakan umat manusia pemeluknya untuk meniti jalan lurus, jalan yang menghantarkan manusia kembali kepada Allah penciptanya.
       Pada tataran konsep, setidak-tidaknya nterdapat dua hal yang perlu di pahami secara bailk, yakni hidup pada tataran prosedural. Umat islam dalam ketekunannya dalam menjalani kehidupan dan selalu berusaha hidup pada jalan yang lurus akan mencapai tatanan hidup pada prinsip tersebut.
       Bilal sebagai ilustrasai, bersedia menanggung dert yang berat berhari-hari, siksaan yang di timpakannya oleh kaum quraisy, akibat penolakan untuk menyebut nama latta dan uzza. Seorang pemimpin proyek dengan disiplin yang teguh menjalankan tugas yang di amanahkan padanya, karena kesadaran bahwa perilaku yang seperti itulah yang harus di tegakkan. Kesempata luas dan terpampang lebar di depannya untuk mengumpulkan kekayaan secara tidak benar di hindari jauh-jauh, meskipun dia tahu bahwa itu mudah di lakukan. Sikap dan perilaku seperti ini merupakan contoh pola perilaku manusia yang hidup pada tataran prinsip, yakni prinsip yang di bangun berdasarkan nilai-nilai agama.
       Sebaliknya kutu loncat, yakni istlah yang digunakan untuk menggambarkan sikap seorang yang gampang mengubah pendirian, bersikap da berpihak kepada siapa saja yang di pandangnya menguntungkan, merupakan contoh pola perilaku yang ada pada tatanan prosedural.seorang pimpro yang memanfaat kan kedudukan untuk memperkaya diridengan cara yang tidak benar merupakan contoh tatanan hidup pada tatanan prosedural.
       Hidup pada tatanan prinsip sering mengalami kesulitan, sebagai mana yang di hadapi oleh bilal. Meskipun demikian seseorang sanggup menanggungnya dengan keyakinan bahwa hal yang demikian ini banyak mendatangkan kebaikan dalam kehidupan kelak di kemudian hari.mereka menyadari bahwa kesulitan sesaat seperti itu merupakan ujian orang-orang yang menempuh jalan lurus, yang sesuai dngan kekhalifahan manusia. Dengan kata lain hidup dalam tatanan  prinsip merupakan pola hidup yang di dalam nya tercakup istem filter berdasarkan norma-norma yang bersifat transendental, dan demikian sebaliknya dengan pola hidup yang ada pada tatanan prosedural.
       Sistem ekonomi islam mencakup di dalam nya sistem transendental dan sekaligus sebagai filter yang membatasi perilaku manusia yang sesuai dengan prinsip-prinsip tauhid,khilafah, keadilan dan tazkiyyah. Sehingga dengan demikian tingkat kepuasan seseorang dalam perilaku ekonomi bukannya terletak pada pemenuhan kebutuhan individual yang tak terbatas. Melainkan terletak pada ketaatan dalam menjalankan amanah sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang mengembalikan segala urusan kepada kekuasaan Allah yang maha kuasa.[1]



BAB III
PENUTUP

1.                  Kesimpulan
Sebagai penutup, dapat di katakan bahwa pembangunan materi dengan berkeadilan adalah tidak mungkin dengan adanya nilai transendental. Alasannya ini adalah pembangunan yang berkeadilan menghendaki pemanfaatan sumber daya  yang adil dan efisien  dan keduanya tidak mungkin dapat di aktiualisasikan adanya injeksi aspek pertanggung jawaban kepada tuhan yang maha kuasa. Dengan aspek transndental, yang ada padanya, ekonomi islam di atur menurut aturan yang di gariskan oleh sang pencipta.
Keadilan merupakan hal yang mutlak dalam sistem ini. Dengan keadilan itu, praktik-praktik yang merugikan orang lain tidak terjadi . kenyataan yang terjadi dewasa ini yang menunjukan ketimpangan yang semakin tajam antara negara-negara yang sedang berkembang, dan ketidak adilan dalam mengelola sumber-sumber ekonomi dunia menempatkan sistem ekonomi islam pada sistem yang sangat penting, sebagai sistem alternatif yang di harapkan dapat memecah problem-problem ekonomi yang tidak dapat di pecahkan oleh sistem ekonomi lain yang telah ada.

2.    Saran
Setelah para pembaca selesai mmbaca makalah ini tentunya banyak kesalahan yang terjadi dalam penulisan dalam makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari kata kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari bapak dosen demi kelancaran dan perbaikan makalah selanjut nya untuk menjadi yang lebih baik.
       Kemudian untuk para pembaca untuk pembuatan makalah selanjutnya agar bisa menambah refeensi yang lebih mendukung dalam pembuatan makalah ini, karena penulis hanya menggunkan beberapa refernsi dan sumber yang terbatas dalam pembuatan makalah ini.





DAFTAR PUSTAKA

Al Qubbani,M.Bahaudin, miskin dan kaya dalam pandangan al Quran(terjemahan), Jakarta , Gema insani
Chapra,M.Umer, islam dan pembangunan ekonomi (ter jemahan) Jakarta , gema insane,2000
_________,islam dan tantangan ekonomi (ter jemahan),Jakarta,
Gema insane,2000.
_________, masa depan umum ekonomi : sebuah tinjauan islam ( terjemahan ), Jakarta, Gema Insani, 2001

Ghausy, ghanie, A.,”islam and the social market ecoomy” economics, vol. 52, 1995
















[1] Masyhuri, Landasan Ekonomi islam